MENGENAL HIKAYAT


Mengenal Hikayat, Nilai-nilai, dan Kesesuaian dengan Kehidupan Masa Kini

 

 

Hikayat Galuh Digantung

 

Batara Kala dan Batara Narada merasa sayang bahwa di diunia tiada lagi lelakon, peristiwa-peristiwa untuk dimainkan. Mereka lalu mengirim Batara Naya Kesuma suami isttri turun ke dunia. Batara Naya Kesuma hanya boleh kembali ke kahyangan, kalau ia sudah mempunyai anak dan anak-anaknya menjadi raja yang besar-besar. Maka Naya Kesuma pun menjadi ratu di Kahuripan dan mengembangkannya menjadi sebuah kerajaan yang besar. Ia juga mempunyai lima anak, anak sulungnya menjadi ratu di Kahuripan. Anak yang kedua menjadi ratu di Daha, anak ketiga menjadi ratu di Gagelang, anak keempat menjadi ratu di Singasari dan anak bungsunya, seorang putri, tinggal bersama kakangnya di Daha.

Ratu Kahuripan pergi ke Pulau Nusa Sari berkaul memohon anak. Ratu Daha juga datang ke pulau itu untuk tujuan yang sama. Maka berjanjilah mereka, kalau permintaan mereka dikabulkan, mereka akan mempertunangkan anak mereka.

Hatta berapa lamanya, Ratu Kahuripan pun memperoleh seorang putra dengan Paduka Mahadewi, yaitu Raden Kertabuwana. Kemudian permaisuri berturut-turut melahirkan dua orang putra dan dua orang putri. Kedua orang putranya masing-masing diberi nama Raden Inu Kertapati dan Raden Carang Tiningal; kedua orang putrinya ialah Raden Martaningrat dan Raden Retna Wilis. Di Daha, permaisuri juga melahirkan seorang putra, Raden Perbatasari Gunung Sari dan seorang putri yang diberi nama Raden Galu Candra Kirana. Ratu Gagelang juga mendapat seorang putra dan seorang putri dengan permaisuri. Demikian juga Ratu Singasari, mendapat seorang putri dari permaisuri.

Maka Inu dan Candra Kirana pun dipertunangkannya melalui utusan. Tersebut pada perkataan Inu yang suka bermain senjata dan tidak menghiraukan nyawa manusia. Ia juga selalu asyik berburu sehingga menimbulkan prasangka di dalam hati ayahandanya bahwa ia mungkin tidak dapat menjadi seorang raja yang baik. Inu mengetahui kesangsian ayahandanya dan pada suatu malam, ia pun meninggalkan istana bersama-sama dengan Jurudeh tua dan Persantra, pergi bertapa di Gunung Sila Merju. Punakawan yang lain, Punta, Kertala, Jurudeh muda, takut dimurkai baginda, juga pergi bertapa ke Gunung Arga Jembangan.

Berita kehilangan Inu segera diberitahu ke Daha. Enam orang anak raja dari enam buah negeri juga datang meminang Candra Kirana, selepas mendengar warta ini. Sementara itu, seorang dewa yang disumpah oleh Batara Guru, juga datang di Daha sebagai seorang Kelana Jeladri (laut). Ia mengemukakan satu teka-teki yang musti dijawab. Kalau tidak, Candra Kirana mesti diserahkan kepadanya. Tiada seorang pun di Daha yang dapat menyelesaikan teka-teki itu. Ratu Daha minta tangguh 3 bulan, dan mengutus patihnya ke seluruh negeri untuk mencari orang yang dapat menjawab teka-teki itu. Atas permintaan Putri Candra kirana, seorang dalang perempuan juga dicari.

Dalam pada itu, Inu sudah mencapai tujuan pertapaannya. Batara Guru mengirim bidadari Segerba dan adik perempuannya yang cantik-cantik menggoda Inu. Inu tidak tergoda sama sekali. Batara Guru lalu mengubah Inu dan punakawannya menjadi perempuan. Kini Inu sudah menjadi seorang dalang perempuan yang bernama Kin Penggoda Asmara dan disuruh Batara Guru pergi ke Daha. Inu mempertunjukkan kemahirannya sebagai seorang dalang dan semua orang menaruh cinta padanya. Ketika Kelana Jeladeri kembali, Inu berkata bahwa teka-teki itu terlalu panas dan hanya dapat diselesaikan di Gunung Arga Sila Mercu. Di Gunung itu, Inu membawa jawaban yang tepat atas teka-teki itu dan Kelana Jeladeri pun menjadi dewa kembali. Inu dan punakawannya juga diubah menjadi lelaki kembali.

Di Daha, Putri Candra Kirana jatuh sakit pula dan hanya dapat disembuhkan oleh daun gandapuraloka. Ratu Daha mengumumkan barang siapa berhasil mendapatkan daun itu, akan dinikahkan dengan Putri Candra Kirana. Sesudah bersama-sama dengan Putri Nantaloka, anak perempuan Batara Guru, selama 14 hari, akhirnya Inu berhasil mendapatkan daun itu. Dengan daun itu, Putri Candra Kirana pun sembuh lah, dan Inu juga dinamai Adipati Tambak Baya. Tatkala Candra Kirana ingin memilik seekor burung ketitiran yang bertengger di balai pandapa, Inu jugalah yang menangkapnya. Hatta beberapa lamanya, Inu pun dinikahkan dengan Candra Kirana. Enam orang anak raja yang juga ingin meminang Candra Kirana, mencoba menyerang Inu, tetapi serangan mereka dipatahkan Inu dengan mudah.   

Ratu Mengawan-awan juga datang meminang Candra Kirana dengan ancaman perang, kalau pinangannya ditolak. Disuruhnya juga seorang utusannya mengenakan guna-guna kepada Candra Kirana. Itulah sebabnya tatkala Inu datang di keraton, Candra Kirana mengusirnya dan berteiak-teriak hendak bertemu Ratu Mengawan-awan. Inu tidak dapat menerima penghinaan ini dan meninggalkan Daha pada malam hari. Raden Perbatasari, adik Candra Kirana yang banyak tahu tentang ilmu sihir, dapat menghilangkan guna-guna yang terkena pada tubuh Candra Kirana. Sementara itu, Inu yang sudah mengalahkan tentara Ratu Mengawan-awan yang datang melanggar Daha. Segala rampasan yang diperoleh dikirim ke Daha, tetapi tetap tinggal di hutan sebagai seorang kelana. Orang-orang di Daha juga mulai menyadari bahwa Adipati Tambak Baya mungkin adalah Inu dari Kahuripan. Pengetahuan ini membuat Candra Kirana makin malu dan menderita. Pada suatu malam, karena putus asa dan juga karena tidak dapat menahan segala celaan dan sindiran dari orang tua dan adiknya, Candra Kirana pun meninggalkan kraton pergi mencari Inu dengan diiringi dua orang dayangnya, yaitu Ken Bayan dan Ken Sandak. Inu mendapati mereka di bawah pohon randu. Mula-mula Inu gembira sekali. Tetapi tatkala Candra Kirana meminta Inu membunuhnya karena kesalahannya, teringatlah Inu kembali malu yang dideritanya. Diperintahkannya punakawannya mengikat Candra Kirana dan dayang-dayangnya serta menggantung mereka di atas pohon randu.

Batara Kala yang sedang berkeliling dunia menemui mereka dan mengubah mereka menjadi lelaki. Kini Candra Kirana adalah Mesa Cidera Asmara dan kedua dayangnya ialah Jaran Kembang dan Jaran Sari. Mereka juga diramalkan menjadi pahlawan yang tidak terkalahkan. Mereka dianugerahi senjata dan tentara yang diciptakan dari dahan dan daun pohon randu. Maka Candra Kirana pun mulailah dengan pengembaraan dan penaklukannya. Ratu Pekambangan dan Ratu Cemara bersaudara dibunuhnya, semua harta benda mereka dirampas. Ratu Lasem dan Ratu Janaputra menyerahkan diri dan ikut serta dalam pengembaraan Candra Kirana. Kini Candra Kirana bertukar nama menjadi Pangeran Kesuma Agung dan mengabdikan diri pada Ratu Gagelang. Putra Raja Gagelang Raden Sarikin, menjadi sahabatnya yang karib. 

Sesudah mengalahkan Ratu Pamotan dan saudara-saudaranya, Inu pun sampai di Gagelang sebagai Kelana Edan Asmara Sira Panji Lara Branti. Inu lalu menjalin persahabatan yang erat dengan Candra Kirana. Biar pun begitu, Candra Kirana tidak membuka rahasia dirinya. Selang beberapa lama, Ratu Mentaun datang meminang Putri Gagelang yang bernama Putri Raden Kemuda Agung. Ratu Mentaun mengancam, jika lamarannya ditolak, ia akan menyerbu Gagelang bersama-sama dengan saudaranya. Pinangan itu tidak dapat diterima, maka terjadilah pertempuran yang sengit. Inu dan Candra Kirana membantu Ratu Gagelang. Secara kebetulan, Raden Gunung Sari   sedang mencari Candra Kirana dan Carang Tiningal yang sedang mencari Inu juga tiba di Gagelang. Mereka ikut membantu Gagelang. Ratu Mentaun dan saudara-saudaranya, semua terbunuh dalam peperangan. Ratu Gagelang sangat gembira. Inu, Candra Kirana, Carang Tinggal, dan Gunung Sari, semuanya diberi gelar baru. Jamuan besar-besaran diadakan. Candra Kirana juga bertindak sebagai dalang untuk bermain wayang kulit.

Jenggala / Kuripan sedang diancam oleh binatang-binatang yang dapat bercakap-cakap (satu sembawa), dikepalai oleh seorang raksasa yang bernama Sang Sukma Indra dan seorang buta, Sang Sukma Ledera namanya. Sang Sukma Indra dan Sang Sukma Ledera sebenarnya adalah dewa yang tinggal di kayangan, tetapi karena bermain cinta dengan bidadari, mereka disumpah menjadi raksasa dan buta. Satu suara gaib menyuruh Ratu Kuripan meminta bantuan kepada Ratu Gagelang. Maka Inu pun datang ke Kuripan bersama-sama dengan saudara-saudaranya. Pertemuan yang mengharukan lalu terjadi. Kemudian Candra Kirana juga diminta datang. Maka terjadilah pertempuran. Raksasa dan buta itu terbunuh dan kembali ke kahyangan. Batara Kala yang menyaksikan pertempuran itu, menimbulkan angin taufan dan dalam keadaan demikian, menerbangkan Candra Kirana dan kedua dayangnya ke tempat lain. Candra Kirana dan dayangnya diubah menjadi perempuan kembali. Sebuah kota diciptakan untuk diperintah oleh Candra Kirana yang kini diberi nama Ratu Emas. Kota itu ialah Perjuwita Indra. Tatkala taufan mereda, Inu mendapati bahwa Candra Kirana telah hilang entah ke mana.

Inu dan adiknya Gunung Sari pergi bertapa ke Gunung Mercu Sakti. Selepas dua puluh satu hari, Batara Kala memberitahu Inu bahwa Candra Kirana kini berada di negeri Perjuwita Indra. Dengan petunjuk Sang Sukma Ledera, sampailah Inu dan Gunung Sari di negeri Perjuwita Indra. Candra Kirana menolak berjumpa Inu dan tidak mau memaafkan kesalahan Inu. Ratu Kuripan dan Ratu Daha lalu diberitahu hal ini. Berkat bujuk rayu dari segala pihak, akhirnya maulah Candra Kirana berdamai dengan Inu.

Ratu Kuripan, Daha, Singasari, dan Gagelang mengundurkan diri dan putra-putra mereka menjadi prabu atau ratu anom di negeri masing-masing. Pesta perkawinan besar-besaran diadakan. Kecuali Candra Kirana yang diangkatnya menjadi permaisuri, Inu masih mengawini enam orang putri lain, putri dari negeri yang ditaklukkannya. Raden Gunung Sari, Raden Carang Tiningal, Raden Kerta Buwana, dan Raden Sarikin juga kawin dengan putri kesayangan masing-masing.

Ratu Blambangan mendengar perkawinan Inu dengan Candra Kirana, datang dengan bala tentaranya. Ia menuntut supaya Candra Kirana diserahkan kepadanya. Maka terjadilah peperangan lagi. Dalam peperangan ini Ratu Blambangan dan sekutu-sekutunya, semuanya ditewaskan oleh Inu dan keluarganya. Semua anak istri dan harta benda mereka dirampas. Hatta dunia pun aman sentosalah. Ratu tua pergi bertapa gunung dan Inu memerintah Kuripan dengan adil seksamanya dan sangat dihormati rakyat jelata.


No
Jenis Nilai-Nilai
Konsep Nilai
Kutipan Teks
Kesesuaian dengan Kehidupan Saat Ini
1
Religiusitas
Memohon kepada Tuhan / Dewa dengan cara berdoa
·      Ratu Kahuripan pergi ke Pulau Nusa Sari berkaul memohon anak.
·      Dalam pada itu, Inu sudah mencapai tujuan pertapaannya.
·       Nilai religiusitas masih sesuai dengan kehidupan saat ini. Pada saat mengharapkan sesuatu, manusia berdoa pada Tuhan Y.M.E
2
Sosial
Mambantu saudara yang mengalami musibah
·         Inu dan Candra Kirana membantu Ratu Gagelang. Secara kebetulan, Raden Gunung Sari   sedang mencari Candra Kirana dan Carang Tiningal yang sedang mencari Inu juga tiba di Gagelang. Mereka ikut membantu Gagelang.
·         Satu suara gaib menyuruh Ratu Kuripan meminta bantuan kepada Ratu Gagelang. Maka Inu pun datang ke Kuripan bersama-sama dengan saudara-saudaranya. Pertemuan yang mengharukan lalu terjadi. Kemudian Candra Kirana juga diminta datang. Maka terjadilah pertempuran. Raksasa dan buta itu terbunuh dan kembali ke kahyangan.
·       Nilai sosia masih sesuai dengan kehidupan saat ini.
3
Moral
Setia pada pasangan nya
·         Batara Guru mengirim bidadari Segerba dan adik perempuannya yang cantik-cantik menggoda Inu. Inu tidak tergoda sama sekali.
·         Sementara itu, Inu yang sudah mengalahkan tentara Ratu Mengawan-awan yang datang melanggar Daha. Segala rampasan yang diperoleh dikirim ke Daha, tetapi tetap tinggal di hutan sebagai seorang kelana
·      Nilai moral masih sesuai dengan kehidupan saat ini. Pada saat
4
Budaya
Pekerja keras untuk mewujudkan keinginan
·         Sesudah bersama-sama dengan Putri Nantaloka, anak perempuan Batara Guru, selama 14 hari, akhirnya Inu berhasil mendapatkan daun itu. Dengan daun itu, Putri Candra Kirana pun sembuh lah, dan Inu juga dinamai Adipati Tambak Baya. Tatkala Candra Kirana ingin memilik seekor burung ketitiran yang bertengger di balai pandapa, Inu jugalah yang menangkapnya.
Back To Top